Published On: 19 March 2011

Menurut Mahfud, nasionalisme tidak hanya sebatas pertahanan bersenjata dari ancaman serangan negara asing. Hal ini diungkapkannya saat meresmikan Monumen Keadilan di Galeri Rahmadsyah Medan, tadi sore.
"Ketidakadilan mengancam demokrasi. Monumen ini adalah ekspresi gerakan keprihatinan kita terhadap ketidakadilan," ujarnya.
Dia mengatakan selama ini telah terjadi ketidakadilan, terutama yang berkaitan dengan proses hukum di Tanah Air. Menurutnya, hukum bersumber dari bisikan hati nurani dan analisis logika, jadi tidak hanya pada pasal-pasal dalam kitab hukum yang berlaku.
Anggota DPD RI asal Sumut Rahmadsyah yang juga pemilik galeri dan pembangun monumen keadilan tersebut mengatakan pembangunan monumen setinggi lebih kurang 2 meter yang terletak di depan pintu masuk galerinya dimotivasi oleh keinginannya mengingatkan seluruh warga yang melihatnya agar bisa berlaku adil. Bagi anak-anak yang berkunjung ke galeri faunanya, dia berharap monumen itu bisa menjadi tempat belajar pendidikan politik dan hukum dan tempat berikrar untuk berlaku adil.
"Suatu hal yang memprihatinkan bahwa dalam suatu survei internasional soal akses keadilan, Indonesia berada di urutan ke-32 dari 35 negara, dan berada di bawah Thailand," ujarnya di depan para undangan, a.l. Ketua DPD RI Imran Gusman dan Menko Kesra Agung Laksono.
Wakil Gubernur Sumatra Utara Gatot Pujo Nugroho dalam sambutannya mengatakan dengan adanya monumen nasional keadilan ini akan mendorong perubahan sikap dan perilaku masyarakat soal keadilan. Dia berharap dengan adanya perubahan perilaku tersebut, Sumut yang disebut sebagai provinsi terkorup di Indonesia juga bisa berubah
No comments:
Post a Comment